Jumat, 17 Februari 2012

DIA INGIN ANAKNYA MENIKAH DENGAN ORANG KAYA

Laki laki itu baru saja melewati usianya yang 58 tahun, tidaklah terlalu tua untuk ukuran jaman sekarang ini. Tapi wajahnya telah banyak dimangsa oleh kerutan kulitnya, sehingga dia sedikit kelihatan tampak lebih tua dari usianya. Mungkin wajahnya yang kelihatan lebih tua itu juga disebabkan oleh beban hidup yang selama ini dipikulnya. Selama hidupnya dia belum pernah merasa terbebas dari sebuah rasa tanggung jawab yang terus menerus memasung hidupnya.

Keenam anak Pak Tirto, begitulah nama laki laki itu, lahir pada tahun yang hampir berurutan sehingga berderet deret rata laksana gambar diagram yang menunjukkan tahun tahun pencapaian target perusahaan, yang sering dipasang dikantor kantor perusahaan. Mulai dari anak pertamanya laki laki yang lahir ditahun 1976, menyusul anak keduanya perempuan lahir tahun 1977, kemudian anak ke tiga laki laki tahun1978, lalu anak keempat laki laki tahun1979, anak kelima perempuan tahun 1980 dan terakhir sibungsu laki laki lahir ditahun 1984. Entah karena pengetahuannya terhadap keluarga berencana yang kurang atau memang dia punya prinsip banyak anak banyak rejeki, yang jelas memiliki enam orang anak dengan penghasilannya sebagai sopir bus tidaklah cukup untuk menghidupi kel uarga besarnya. Untuk itulah istrinya ikut membantu Pak Tirto bekerja sebagai tukang jahit pada sebuah garment.. Dari pagi pagi buta sampai menjelang malam, Pak Tirto berkeliling dari satu kota ke kota yang lainnya. Dari terminal ke terminal bus itulah Pak Tirto menafkahi keluarganya. Ajaibnya Pak Tirto tidak pernah sedikitpun mengeluh dengan beban hidup yang begitu berat ditanggungnya. Dia selalu bersemangat mengasuh dan menjaga ke enam anak anaknya dengan baik. Semua anak anaknya dia sekolahkan sampai lulus SMA, bahkan dia berniat menyekolahkan anak anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi..

Dia ingin anak anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan ilmu yang mereka tempuh.. Sampai untuk menyekolahkan anak anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, Pak Tirtopun rela menjual rumahnya, satu satunya harta berharga yang dimilikinya. Apapun yang terjadi dia telah bertekad menyekolahkan semua anak anaknya sampai ke bangku kuliah meskipun keluarga mereka harus pindah kerumah kontrakan. Namun sekuat apapun perjuangannya, semua yang dia miliki tidaklah cukup untuk membawa anak anak nya sekolah kejenjang yang lebih tinggi sesuai dengan cita citanya. Hanya dua anaknya saja yang beruntung sekolah sampai ke bangku kuliah, yaitu si sulung dan anaknya yang ke tiga. Tujuan Pak Tirto hanyalah, dia tidak ingin anaknya hidup senasib dengan dirinya.

Hidup ini memang hanya deretan angka angka serta metamorofosa. Sekolah, bekerja dan pada akhirnya berkeluarga. Begitulah metamorofosa yang juga terjadi pada keluarga Pak Tirto. Anak anaknya tumbuh besar, sekolah, bekerja dan pada akhirnya mereka harus menikah. Dia berpikir kalau anak anaknya semua telah menikah, tentu beban yang dia tanggung akan lebih ringan. Maka diapun berharap anak anaknya menikah dengan orang yang cukup mapan dan mampu menopang ekonomi keluarga mereka menjadi lebih baik lagi. Sayang sekali pemikirannya itu meleset jauh dari angannya. Setelah keempat anaknya menikah, beban yang harus di tanggungnya bahkan semakin terasa berat. Takdir sepertinya kurang begitu bersahabat terhadap kehidupan Pak Tirto. Keempat anaknya menikah dengan orang orang yang tingkat ekonominya sama dengan keluarga mereka. Untuk menghidupi keluarga mereka saja, mereka kekurangan, apalagi menanggung kehidupan keluarga ayahnya. Padahal mereka semua telah dibekali dengan ilmu yang cukup oleh Pak Tirto. Mereka bahkan menitipkan anak anak mereka dirumah orang tuanya. Anak anak Pak Tirto itu hanya bisa melahirkan anak, dan memberinya nama nama yang indah, tapi tak mampu memberi kehidupan yang layak. Rumah kontrakkan Pak Tirto yang kecil itu sudah seperti layaknya taman kanak kanak saja. Perhatian mereka terhadap keluarga ayahnyapun tidak ada lagi karena mereka telah disibukkan oleh keluarganya masing ,masing. Meski begitu,Pak Tirto tetap menjalani hidupnya dengan tabah dan tanpa keluhan.

Pak Tirto masih berharap, kedua anaknya yang lain akan menikahi orang yang lebih baik dan layak secara materi. Dan harapannyapun hampir menjadi kenyataan manakala anak laki laki tertuanya mulai menjalin hubungan dengan seoorang wanita yang cukup mapan secara materi. Seorang wanita cantik, berpendidikan dan memiliki standard ekonomi yang lebih tinggi dari keluarga Pak Tirto. Memang seperti itulah menantu yang didambakan oleh Pak Tirto. Seperti yang pernah dia katakan kepada istrinya “ Aku memang berharap punya menantu yang kaya bu, tapi sebenarnya aku bukannya materialistis, hanya saja sebenarnya aku sudah lelah hidup dalam kemiskinan. Aku pikir anak anak akan hidup lebih baik dari kita setelah kita bekali dengan ilmu yang tinggi, tapi nyatanya sama saja Bu”. Istrinya hanya tersenyum getir, menyepakati omongan pak Tirto. Itulah untuk pertama kalinya pak Tirto berani mengeluh dan mengungkapkan isi hatinya selama ini terhadap istrinya.
Begitu bahagia dan bangganya Pak Tirto beserta istrinya , saat anaknya itu membawa perempuan yang lumayan kaya kerumah kontrakan mereka yang memang kecil. Tak henti hentinya Pak Tirto menatap calon menantunya dengan tatapan puas, tatapan yang selama ini belum pernah dia perlihatkan terhadap menantu menantunya yang lain. “Yah ….beginilah rumah kami!” Pak Tirto mengawali pertemuannya dengan calon menantunya itu. Wanita yang memiliki status sosial lebih tinggi itu hanya tersenyum menanggapi ucapan calon ayah mertuanya. Calon menantunya itu kelihatan sopan sekali menanggapi obrolan demi obrolannya bersama Pak Tirto dan keluarganya. Pak Tirtopun semakin bangga serta puas melihat betapa santunnya sang calon menantu. Pertemuan demi pertemuan antara keluarga Pak Tirto dan keluarga calon menantunya berjalan dengan baik dan lancar. Tidak ada hambatan yang berarti seperti status sosial ekonomi yang berbeda dan hal hal lain yang berhubungan dengan derajat seorang manusia. Karena memang keadaan kedua keluarga tersebut sangat berbeda layaknya belahan langit dan bumi. Kedua pihak telah sepakat memberikan restu bagi kedua calon mempelai itu untuk menikah. Rencana rencana pernikahanpun telah dipersiapkan dengan matang dan tinggal menunggu hari pelaksanaannya saja.

Pesta pernikahan anak Pak Tirto kali ini diadakan dengan begitu mewah dan meriah. Semua biaya pernikahan ditanggung oleh mempelai wanita. Tak sedikitpun keluarga Pak Tirto mengeluarkan uang untuk pernikahan tersebut. Boleh dibilang ini adalah pesta termewah yang pernah dihadiri oleh Pak Tirto. Karena keempat anaknya yang lain menikah tanpa pesta apapun juga. Mereka hanya menikah secara sederhana didepan penghulu dan kerabat saja. Tapi kali ini rasanya seperti mimpi Pak Tirto melihat anaknya telah bersanding dengan jodoh yang didambakannya itu. Senyum puas tak henti hentinya menghiasi bibir Pak Tirto. Hampir semua tamu yang diundang berdecak kagum memuji anak Pak Tirto. “Wah hebat benar anakmu To, bisa dapat wanita cantik dan kaya pula!” kata salah seorang tamu undangan Pak Tirto. Pak Tirto hanya tersenyum dengan bangga. “ Ah tidak juga, biasalah!” Pak Tirto menanggapi para tamunya dengan nada merendah, tapi itu semua tak mampu menutupi rasa bahagia dan bangganya hati Pak Tirto.

Pesta telah usai, Pak Tirto dan istrinyapun merasa puas. Paling tidak pernikahan anaknya kali ini telah mampu mengobati kekecewaan yang selama ini dia rasakan terhadap anak anaknya yang lain. “ Aku gembira sekaligus puas, semoga pernikahan mereka langgeng ya Bu!” Begitulah Pak Tirto tak henti hentinya mengungkapkan perasaannya kepada istrinya. Istrinyapun tak kalah bahagianya dibandingkan dengan Pak Tirto.

Namun kebahagiaan itu ternyata hanya sesaat. Anak laki laki tertua Pak Tirto yang seharusnya ikut bertanggung jawab dengan kehidupan keluarga mereka, ternyata malah tak rela menanggung beban kehidupan Pak Tirto. Setelah pesta megah itu usai, diapun menghampiri ayahnya, selain berpamitan untuk pindah mendirikan keluarga barunya, tiba tiba saja Rahman anaknya itu mengatakan sebuah kalimat yang hampir membuat jantung pak Tirto berhenti berdetak “Pak, terimakasih sudah membesarkan aku, aku akan tetap memperhatikan kehidupan Bapak, tapi tolong Pak kalau menyangkut soal keuangan, Bapak jangan minta bantuan kepadaku, aku sudah memiliki keluarga sendiri, jadi aku tidak mau ikut campur lagi terhadap kehidupan Bapak” Kalimat seperti itulah yang diucapkan Rahman kepada Bapaknya, dan kalimat itu hampir membuat jantung pak tirto berhenti berdetak. Ternyata pernikahan mewah itu hanyalah mimpi indah, yang ketika pak tirto terjaga, dia hanya mendengar penggalan kalimat kalimat menyakitkan itu. Dengan kaki yang lemas, Pak tirto berusaha tegar. Sambil merapatkan tangannya pada pegangan pintu dia mencoba untuk tersenyum mengantarkan kepergian anaknya. “Jangan kuatir Man, Bapak tidak akan membuatmu repot” hanya itulah kalimat yang pak Tirto sanggup katakan kepada anaknya. Setelah mobil anaknya sudah tak terlihat lagi, Pak Tirto dan istrinyapun saling berpandangan, tak sepatah katapun mampu mereka ucapkan. Hati mereka telah hancur oleh perkataan anaknya. Harapan indah yang mereka rangkai telah berlalu bersama kepergian anaknya. Mereka tak lagi berharap terhadap anak anak yang telah mereka lahirkan. “ Mungkin benar apa yang pernah aku bilang ya Bu! Anak anak itu hanyalah buah dosa yang selama ini telah kita nikmati didunia ini” Entahlah apa makna ucapan dari Pak Tirto, hatinya telah hancur berkeping keping sejak anaknya meninggalkan rumah mereka.

Tiba-tiba dia merasa dirinya begitu tua, lelah dan teraniaya. Kepalanya tak kuat lagi disesaki dengan peristiwa demi peristiwa yang menyakitkan. Tak sanggup lagi membayangkan keluarga yang hidup bahagia. Hidupnya terlalu sesak dengan keperihan, tak ada tempat bahkan untuk kisah indah yang sederhana sekalipun. Maka tak ada lagi alasan untuk berharap kepada semua anak anaknya itu. Begitulah akhirnya pak Tirto memutuskan ” Biarlah hari esok dia serahkan semua hidupnya kepada sang pemilik kehidupan, karena dari ataslah sebenarnya takdir hidupnya telah direncanakan ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk setiap komentar yang telah dikirimkan, apapun itu akan membuat aku menjadi lebih belajar lagi untuk menulis dan menulis!!!