Sabtu, 30 Oktober 2010

AKU BUKAN PEREMPUAN GANJIL

Aku bukan perempuan ganjil. Tapi kau menyebutku freak.
Sesungguhnya aku adalah perempuan apa adanya. Tidak terlalu baik.
Tidak terlalu lembut. Tidak terlalu halus. Aku adalah perempuan yang sangat perempuan. Aku perempuan yang terjebak oleh sebuah aturan.
Bukan hanya terjebak, bahkan aku telah sengaja menenggelamkan diriku kedalam aturan itu.
Aku memang seperti hidup dalam sebuah undang undang yang sangat aku yakini kebenarannya. Dan aku tidak pernah menyesal. Itulah duniaku.Sampai kau berani mengatakan sebuah kalimat yang mencubit hatiku. Aku tersinggung. Aku sedikit marah. Bahkan aku hampir tergelincir untuk membencimu saja. Tapi aku sadar,
aku tak berhak membencimu ataupun menyalahkanmu. Karena kau tak pernah tahu
seperti apa dunia dan kehidupanku. Dimatamu, duniaku mungkin tak pernah ada warnanya. Apa kau tahu……… berapa lama aku telah bergaul dengan aturan itu??? Hampir seluruh hidupku Kawan! Dan tanpa perasaan, dengan mudahnya kau menyebutku freak. Kau hanya laki laki sepintas lalu yang singgah, dan kau telah salah menilaiku. Kita baru beberapa kali bertemu. Adakah makna dari pertemuan itu? Semudah itukah kau menilai seseorang ? Tak mudah untuk menilai hidupku hanya dengan pertemuan sesaat. Kau memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa berada diduniaku. Atau kau hanya ingin mengujiku? Aku tak pernah berharap apa-apa darimu. Aku hanya ingin jadi kawanmu. Kawan biasa. Tidak lebih!

Aku bukan perempuan ganjil. Tapi kau menyebutku freak.
Sesungguhnya aku adalah perempuan apa adanya. Tidak terlalu baik. Tidak terlalu lembut. Tidak terlalu halus. Aku adalah perempuan yang sangat perempuan.

Aku perempuan yang terjebak oleh sebuah aturan. Kau hanya laki laki sepintas
lalu yang tiba tiba hadir dan sedikit mengusik aturan itu. Aku memang pernah hampir tergoda mengikuti arusmu. Semua karena aku hanya ingin memperhatikan hidupmu dengan dunia yang sama sekali berbeda denganku. Dunia yang penuh warna menurutmu. Yach…… aku pernah berada disana. Namun aku tak mengerti, kenapa hanya kehampaanlah yang aku dapatkan. Sedang kau dan beberapa temanmu sangat menikmatinya. Atau memang akukah manusia yang tak sama itu? Sebenarnya aku tak ingin menilaimu. Tapi hatiku berbisik “ Kau adalah laki laki yang sedang gelisah dan kesepian”. Aku memperhatikanmu dalam diamku. Hanya diam, karena aku tak pernah tahu dan mengerti harus berbuat apa ditempat seperti itu. Musik yang menghentak dengan kerasnyapun, tak juga mengusik diamku. Kau duduk dengan tatapan hampa dalam diammu pula. Kau menghisap rokok. Mungkin, kau pikir asap rokok itu akan masuk mengisi kekosongan ruang hatimu yang gelisah. Dan kau akan merasa tenang, karena kehampaan hatimu terisi sudah. Ah….. Betapa enaknya hidup ini bila kesulitan dapat dihembuskan semudah menghembuskan asap rokok. Begitukah kira kira isi kepalamu? Aku masih memperhatikanmu. Kau sendiri aku lihat hanya duduk termenung diantara gemerlapnya malam. Apa yang sedang kau cari sesungguhnya? Wajahmu memperlihatkan bermacam keinginan yang tak pernah tuntas. Aku seperti melihat penggalan-penggalan peristiwa dengan banyak cerita yang kadang terlalu sulit untuk kumengerti. Sesekali kau menghembuskan nafas dengan berat, seakan ingin menghempaskan semua yang telah kau lakukan. Apa sebenarnya yang kau inginkan dari semua ini? Siapakah sesungguhnya dirimu? Aku memang ingin tahu tentang kamu. Tapi aku tak pernah berharap apa-apa darimu. Aku hanya ingin jadi kawanmu. Kawan biasa. Tidak lebih!

Aku bukan perempuan ganjil. Tapi kau menyebutku freak.
Sesungguhnya aku adalah perempuan apa adanya. Tidak terlalu baik. Tidak terlalu lembut. Tidak terlalu halus. Aku adalah perempuan yang sangat perempuan.

Aku perempuan yang terjebak oleh sebuah aturan. Sampai kau tiba tiba muncul dalam hidupku. Kemarin kita bertemu. Kau hanya menatapku dingin. Seolah aku begitu asing dalam tatapanmu. Apa sebenarnya yang kau mau?
"Sebenarnya kamu siapa?" tanyamu pada akhirnya.
"Apakah itu perlu buat kamu?" Aku balik bertanya. “Tidak! Bukan urusanku” Begitulah kau menjawab dengan pongahnya. Aku tahu, ada semacam gengsi yang sedang mencengkerammu. Seolah mengetahui siapa sesungguhnya aku adalah sebuah aib.
Aku merasa betapa anehnya pertemuan kita. Kita bertemu dalam sebuah jurang perbedaan. Aku bumi dan kamu langit. Aku mulai kesal dan terganggu. Aku marah dengan jawabanmu. "Aku sedang butuh bahan untuk ceritaku ? Aku ingin menulis tentang kamu”. Saat ini aku sedang tidak ingin diajak berdebat. Seperti kemarin kemarin kita selalu memperdebatkan perbedaan kita. Karena sekarang aku justru perlu seseorang yang bisa memberikan imajinasi untuk meneruskan tulisanku yang terhenti di tengah jalan. Dan kau adalah sasaran yang tepat untuk imajinasiku. “Aku tak mau! Jangan usik hidupku! Urus saja hidupmu sendiri!” sahutmu dengan nada yang menyakitkan telingaku. “Tulisan macam apa yang kau mau dariku? Cerita hidup? Cerita cinta? Atau cerita kacangan yang sering kamu tulis mengenai roman picisan?” Kau bertanya dan menjawab sendiri seakan-akan tahu apa yang kurasakan.
”Aku penulis roman cinta. Aku butuh cerita cinta. Kau pernah menceritakannya kepadaku”. Sahutku kemudian dengan perasaan kesal. Kau tahu? Aku mulai kesal denganmu.
”Hah, kau merasa ceritaku istimewa? Itu sih biasa aja!
Kau pikir hanya kau sendiri yang tahu tentang ceritaku?
Jangan sok lebay deh!” Aah! Aku bukan pengacara yang siap diajak berdebat kata dan bersilat lidah setiap saat. Aku adalah pengarang yang sedang mati kata.
Aku tak ingin marah dan terjebak dalam kalimat kalimat sinis yang kau lontarkan. Aku membutuhkanmu untuk menyelesaikan ceritaku. "Kau bukan siapa siapa bagiku. Jangan berharap lebih dari aku!" Begitulah kau mengakhiri kalimatmu kemarin, sembari kau pergi meninggalkan ketidak mengertian dihatiku. Kau selalu berkata, seakan-akan bisa membaca pikiranku. Apa kau merasa aku telah jatuh cinta kepadamu? Kalau memang seperti itu perasaanmu, alangkah naifnya dirimu. Kau salah besar Kawan! Selama ini, aku memang suka menulis tentang laki laki. Tapi bukan berarti aku gampang jatuh cinta dengan sembarang laki laki. Aku tak pernah memberikan cintaku kepada sembarang hati. Kau harus catat itu Kawan! Aku tak pernah berharap apa-apa darimu. Aku hanya ingin jadi kawanmu. Kawan biasa. Tidak lebih!

Aku bukan perempuan ganjil. Tapi kau menyebutku freak.
Sesungguhnya aku adalah perempuan apa adanya. Tidak terlalu baik. Tidak terlalu lembut. Tidak terlalu halus. Aku adalah perempuan yang sangat perempuan.

Aku perempuan yang terjebak oleh sebuah aturan. Sampai kemarin setelah bertemu denganmu. Aku sadar, tak semua orang bisa berada diduniaku, sebaliknya tak semua orang suka dengan duniamu. Hidup ini adalah sebuah pilihan. Setiap orang berhak memilih harus berada didunia yang seperti apa. Hidup ini memiliki banyak pintu. Dan kita memang sedang berada dipintu yang berbeda. Aku tahu kau terbiasa untuk selalu berpikir rasional. Kau sudah terlatih untuk mati rasa terhadap semua hal yang berbau sentimentil. Kau sangat piawai untuk menekan perasaan-perasaan cengeng dan semua urusan basa basi hidup ini. Kadang aku berpikir “ Apa saja yang sudah kau lakukan untuk hidup yang runyam ini?” Pertanyaan pertanyaan seperti itulah yang memercik dalam kepalaku. Percikan yang semakin lama terasa semakin besar dan membuatku penasaran. Ya, hidup macam apa yang tengah kau jalani ini? Apakah ada artinya untuk hidup itu sendiri? Semalam aku berpikir, untuk mencari jawab dari semua sikap sinis yang kau lontarkan kepadaku. Masih terngiang ucapanmu tentang semua basa basi hidupku. Aku berpikir keras. Tetapi masih saja tak kutemukan jawabnya.
"Dasar munafik! Urus hidupmu sendiri dan jangan sok peduli dengan hidup orang lain!" Pernyataanmu sunggguh mencubit hatiku. Aku merasa heran kenapa kau merasa telah menjadi laki-laki yang sempurna. Apakah kau diciptakan memang untuk menilai diriku? Hingga hidupku sedikit terusik, setelah sekian lama aku hidup dengan pilihanku sendiri.
"Siapakah yang salah?" Kita memang bukan sepasang pribadi yang sama. Biarlah kita hidup dengan pilihan kita sendiri. “ Kau boleh berkhayal untuk mendapatkan bagian dari dunia ini, asal kau tak lupa dan terjerumus ke dalamnya. Kau tak suka dengan basa basi hidup ini. Tak suka berdiskusi. Kau lebih suka menyendiri. Kau punya dunia sendiri”. Begitulah kau memberi makna pada hidup. Sebuah cara yang membuatmu bergairah memandang kehidupan yang terentang dihadapanmu. Sedang aku juga dengan duniaku sendiri. “ Aku tak bisa hidup sendiri. Aku suka berdiskusi juga basa basi. Tiap malam aku hampir selalu begadang, menulis novel, puisi, membaca, cekikikan bersama teman-temanku, sambil memperhatikan karakter setiap orang yang lewat dalam kehidupanku” Begitulah aku dan hobbyku. Apakah selama ini aku telah salah memaknai hidupku seperti penilaianmu? Benar dan salah, di manakah batasnya? Betapa ruwetnya hidup ini bila harus selalu dibatasi dengan benar dan salah. Astaga! Kurang ajar betul hidup ini kalau begitu.
Aku telah merasa bahagia dengan duniaku. Aku merasa hidupku tidak sia-sia. Sebaliknya kau malah menganggapku terlalu kuno, aneh dan munafik. "Kamu telah melanggar hakku sebagai pribadi. Aku memang kuno, tapi aku juga punya hak menentukan pilihan hidupku sendiri”. Rasanya tak perlu ada marah hanya karena pertemuan tak terduga ini. Seperti kisah dan dongeng, seperti mimpi dan kenyataan, dunia dapat berubah setiap saat tanpa sebab yang tak diketahui oleh akal budi kita. Kau , aku telah dipertemukanNya. Tak ada yang bisa menggugatNya. "Jika Tuhan menghendaki, tak ada sesuatu pun yang bisa menghalangi. Maka, terjadilah apa yang terjadi." Mungkin kau dihadirkan memang untuk mengusikku. Tak mengapa! Justru itu lebih membuatku mengerti untuk memaknai hidup ini sesuai dengan jalan yang telah kupilih.

Kemarin sebenarnya aku ingin lebih jujur denganmu. Ketika kau bertanya “Orang seperti apakah diriku dimatamu?” Aku ingin jujur bahwa aku memang sedang menilai dirimu. Tapi nyatanya justru kaulah yang terlebih dahulu memberiku banyak label tentang kehidupanku. Aku jadi kalah kata saat berdebat denganmu. Kau tak pernah jujur dengan hidupmu Kawan!! Tetapi mulai hari kemarin kau mulai terganggu dengan hidupmu sendiri. Kau begitu muak saat melihat kehidupanku yang berbeda dengan hidupmu. Jantungmu berdegup tidak normal mendengar aku tertawa bersuka cita di mana saja bersama dengan kawan kawanku. Sepertinya kau sedang membenci dirimu sendiri. Kau merasa bahwa kau memang bukan bagian dari habitatku. Kau ingin meyakinkan bahwa kau telah jauh lebih lama mengalami segala jenis kesepian dan masalah. Kau ingin orang-orang melihatmu sebagai orang yang angkuh saja. Agar orang lain segan dan tak kasihan. Tetapi tidak bisa! Tatapanmu. Kegelisahanmu. Semua yang ada padamu telah mencerminkan siapa sesungguhnya dirimu.
Tak cukup pula semua keresahan itu, lalu engkau mulai mencari-cari perhatian dengan memproklamirkan bahwa dirimu telah cukup hidup sendirian dengan maksud agar mereka tahu bahwa dirimu sukses tanpa siapapun. Namun itu juga tak berhasil. Sekarang aku telah tahu kehidupan macam apa yang kau miliki. Akupun sangat tahu bahwa kau hanya berpura pura menjadi bahagia. Sebab sepintas lalu aku tahu , bahwa telah nyata didalam dirimu yang penuh dengan kegelisahan. Jadi siapa diantara kita yang FREAK? Entahlah! Aku mengasihimu! Aku berharap suatu hari nanti kau akan berada pada duniaku. Hanya itu. Selebihnya aku tak pernah berharap apa-apa darimu. Aku hanya ingin jadi kawanmu. Kawan biasa. Tidak lebih! Maafkan semua kalimatku Kawan! Aku tak pernah berusaha untuk mengusikmu. Satu lagi, aku telah salah kata pada kalimatku diatas, aku bukan perempuan yang terjebak dalam aturan itu. Tapi aku adalah perempuan yang dipilih oleh si Pembuat aturan itu untuk melakukan semua aturanNya.

Jakarta, 19 Oktober 2010, Kau tak akan pernah berhasil mengajak orang lain untuk masuk kedalam duniamu, sebelum kau sendiri tahu dan mengenal siapa dirimu dan duniamu!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk setiap komentar yang telah dikirimkan, apapun itu akan membuat aku menjadi lebih belajar lagi untuk menulis dan menulis!!!