Minggu, 31 Oktober 2010

KEKASIH DALAM KENANGAN

Semua manusia dibumi ini tak pernah bisa lepas dari kenangan dan masa silam. Karena kenangan adalah harta yang tak boleh dilepaskan. Banyak yang bisa kita petik dari semua kenangan itu, asalkan kita tak terpaku dan hidup dalam kenangan itu sendiri. Ah ….. itu hanyalah teoriku Kawan! Kau jangan percaya dengan apa yang aku tulis barusan, karena aku sendiri masih terbelenggu dan terpaku dalam kenangan tentang seseorang dimasa silamku. Kau tahu, kenapa bertahun tahun lamanya aku menyusuri kenangan tentang seseorang itu sendiri? Karena kenangan yang kumiliki terlalu indah sekaligus menyakitkan untuk dihapuskan. Aku ingin bercerita, tetapi tidak untuk dikasihani, ini hanyalah sebuah pernyataan bahwa diantara luka dan sepi yang telah hadir lewat kenangan kenangan itu, terselip juga kebahagiaan. Lalu kenangan seperti apa yang kau miliki Kawan?

Sekarang aku perawan tua, usiaku sudah 36 tahun, dalam hidupku aku hanya mencintai satu laki laki. Setahun yang lalu Ibuku pernah hampir menikahkan aku dengan laki laki pilihannya. Namun aku menolaknya. Aku mengatakan bahwa aku sudah memiliki laki laki pilihan yang akan menikahiku nantinya. Sampai ibuku merasa bosan dengan seribu macam alasan yang kubuat untuk menolak semua laki laki pilihannya yang akan dijodohkan denganku. Sedang laki laki yang aku harapkan menikahiku, ia telah menghilang entah kemana.

Ia adalah laki laki pilihanku. Laki laki yang mengajarkanku tentang banyak hal dalam hidup ini. Laki laki yang setiap kali aku mengingatnya, jantungku masih saja terus berdebar debar sampai sekarang. Laki laki yang telah merubah jalan hidupku sejak aku berkenalan dengannya. Laki laki yang sebenarnya aku tidak ingin menyebutkan namanya lagi dalam hidupku. Dan laki laki yang……….ah luka aku bila mengingatnya.

Laki laki itu memang nyaris sempurna. Ia lumayan tampan. Bahkan ia tidak memiliki satu celapun dimataku. Tatapannya sangat tajam, perawakannya bagus, senyumnyapun terlalu manis untuk dilihat. Tampilan fisiknya boleh dibilang nilainya Delapan. Rambutnya selalu tersisir rapi, dan bau badannyapun terasa wangi. Ia juga laki laki yang bisa dimasukkan ke dalam kelompok laki-laki supel yang gampang akrab.

Saat pertama kali aku melihat wajahnya, tak sedikitpun aku menduga akan jatuh cinta padanya. Bagiku ini sebuah musibah, kenapa aku harus jatuh cinta kepadanya. Karena ketertarikanku padanya membuat jalan hidupku berubah. Aku melihatnya saat pertandingan basket antar kampus yang selalu diadakan setiap tahun untuk memperingati ulang tahun universitasku. Waktu itu dia menyapaku terlebih dahulu dengan segala keramahan yang dimilikinya. “Hai , kamu dari Universitas Bintara kan? Dia bertanya kepadaku, sebagai alasan untuk menyapaku terlebih dahulu. “Eh iya, kamu pasti bukan dari Bintara kan? Kalau dari Bintara, pasti kamu kenal aku!” aku berusaha membalikkan pertanyaannya sambil bercanda, pertanda akupun menyambut uluran perkenalan darinya.

Obrolan demi obrolanpun mengalir dengan lancar saat perkenalan itu. Mulai dari masalah kampus sampai menyangkut kemasalah masalah umum, yang akhirnya mengarah kepribadi. Semua begitu lancar mengalir lewat obrolan kita berdua. Baru beberapa menit kita berkenalan, sepertinya kita sudah seperti sahabat yang akrab saja. Sepertinya bukan hanya kepadaku saja ia bersikap hangat, terbukti ia selalu menyapa dengan ramah setiap orang yang dikenalnya.

Aku tidak pernah berpikir, dia akan tertarik kepadaku. Aku merasa bukan jajaran perempuan yang mampu menaklukkan hatinya. Tetapi setelah pertemuan itu, ia mulai rajin menelponku dan kamipun akhirnya menjadi teman dekat. Bila ada kesempatan luang, diapun rajin berkunjung kerumahku.
Dia benar benar pria yang hangat, menarik dan tak pernah kehabisan bahan cerita. Akupun langsung memiliki alasan untuk tertarik kepadanya. Tetapi aku sedikit kecewa, karena sepanjang pengamatanku, begitu banyak para perempuan yang mengelilinginya sekedar berebut simpatinya. Dan yang aku lihat, ia begitu menikmati setiap suasana dimanapun ia berada, terutama ditengah tengah kerumunan para perempuan itu. Jatuh dari perempuan satu keperempuan yang lainnya, sepertinya sudah menjadi tradisi dalam hidupnya.

Suatu kali aku pernah bertanya kepadanya “Kenapa kamu suka sekali berganti ganti pacar sih?” Ia menjawab sambil bercanda “Hidup ini hanya sekali, lahir sekali, mati sekali, seharusnya jatuh cinta juga sekali ya? Tapi sepertinya aku tidak bisa hidup tanpa perempuan ha…ha…ha…!” Aku tertawa mendengar kelakarnya. Begitulah ia selalu menceritakan tentang perempuan perempuan yang tertarik dengannya atau sebaliknya perempuan perempuan cantik yang dirasa menarik hatinya. Namun meski begitu, aku sama sekali tidak menemukan cela sedikitpun untuk sekedar membencinya. Aku bahkan melihat auranya menjadi sedemikian cemerlang dimataku. Semakin aku mengenalnya lebih dekat, ia semakin menjadi laki laki yang benar benar menarik. Akupun dibuatnya kasmaran.

Hubungan kami semakin dekat, bahkan lebih dekat dibandingkan dengan perempuan perempuan yang dipacarinya. Hampir semua perempuan yang ingin dipacarinya, selalu dikenalkannya kepadaku, kemudian ia selalu meminta pendapatku, apakah perempuan yang dikenalkannya itu pantas untuk dipacari atau tidak. Ia bilang “ keputusan ada ditanganmu lho!” “ Sally pantas tidak jadi pacarku?” katanya suatu kali setelah ia mengenalkan seorang perempuan yang bernama Sally. Meski hatiku kadang terasa nyeri,aku selalu menjawab pertanyaannya dengan tulus dan jujur, kalau memang perempuan itu menarik , aku bilang menarik, sebaliknya kalau tidak pantas buat dijadikan pacar ya aku bilang tidak. Sebenarnya seringkali aku dibakar oleh api cemburu ketika ia menghampiri dan merayu perempuan lain. Dadaku semakin sesak ketika perempuan yang dirayunya juga meladeni dengan senyum dan tawa. Aku benar benar merasa sudah dibodohkan oleh sebuah perasaan bernama cinta. Tapi aku tidak pernah menyalahkannya, karena bagiku ia memang pantas untuk dicintai. Aku bahkan membenci perempuan perempuan yang telah mampu menaklukkan hatinya.

Sampai suatu kali yang tak terduga, entah angin apa yang sedang berhembus. Tiba tiba ia menyatakan perasaannya kepadaku. Hatiku seperti bedug yang dipukul bertalu talu. Aku tak mampu menahan gejolak perasaanku, lidahku terasa kelu, sehingga tak terjawab pertanyaannya “Apakah aku juga mencintainya?”. Hanya karena aku diam tak bicara saat dihadapannya, maka ia berpikir, aku tidak mencintainya. Sehingga pertemuan kali itu melukainya, ia merasa tertolak, bahkan sepertinya ia merasa aku telah melukai harga dirinya. Sejak saat itu ia mulai menghindariku, bahkan ia tidak mau menerima telponku. Aku ingin menjelaskan keadaanku waktu ia menyatakan cintanya kepadaku. Tapi ia sudah tidak mau lagi menemuiku. Aku menyesali diriku saat itu, kenapa bibirku harus tertutup rapat saat hatiku bersorak karena cinta? Baginya semua sudah terlambat, bahkan saat aku mengirimkan sepucuk surat cinta untuk mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya, saat itupun ia sama sekali tak menghiraukanku. Setelah kejadian itu aku mulai belajar melupakannya, tapi aku benar benar tak berdaya menahan gejolak perasaaan yang kumiliki. Bahkan hatiku semakin dipenuhi oleh seluruh bayangannya. Sepi tanpa warnapun mulai mengakrabi hidupku sejak kejadian itu. Episode kelabu ini selalu menjadi kenangan yang menyesakkan dadaku.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu bahkan tahunpun telah berganti baru, aku tidak pernah lagi bisa menemuinya. Semakin hari kerinduanku kepadanya semakin menyesak didada. Hatiku terkoyak karena kerinduan yang mendalam. Aku merasa terpenjara dalam bayang bayangnya. Dan semua itu meletihkan jiwaku. Hanya kenangan indah yang aku miliki bersamanya, yang mampu mengobati semua luka hatiku. Aku benar benar telah kehilangannya. Tak sepatah katapun yang ia ucapkan untuk sekedar mengucap kata berpisah, semua musnah hanya karena sebuah kesalah pahaman belaka. Ada yang pernah bilang “cinta itu seperti musim salju, ketika musim itu berakhir maka ia tidak akan menampakkan bekasnya”. Tapi kenapa cinta yang kumiliki tidak seperti itu? Bahkan yang kurasakan semakin hari, aku semakin mencintainya. Aku bahkan tetap setia menanti laki laki itu, bersama mimpi-mimpi yang kurajut setiap hari.

Sampai suatu hari setelah kejadian itu, lima tahun telah berlalu, ia tiba tiba mengubungi aku kembali. Hatiku kembali berbunga bunga oleh perasaan cinta saat mendengarkan suaranya. Aku tidak pernah tahu, untuk apa ia menghubungiku kembali, bahkan ia bersikap seolah tidak pernah terjadi sesuatu antara aku dengannya dimasa lalu. Ia sama sekali tidak mengungkit peristiwa yang pernah terjadi diantara kita. Namun aku sama sekali tidak peduli lagi, bagiku mendengar suara serta mengetahui keberadaannya, itu saja sudah cukup mengobati perasaan rinduku. Setelah malam itu, berlanjut kemalam malam yang lain, ia selalu rajin menelponku. Hari hari yang kumiliki kembali semakin menggairahkan. Aku sama sekali tidak berani menerka apa arti semua telpon dan perhatiannya kepadaku. Kunikmati saja semuanya, tanpa peduli dengan ceritanya bahwa ia telah bertunangan. Sampai akhirnya ia berniat untuk mengunjungiku. Tak bisa kulukiskan perasaanku saat itu, sejak hari kami menentukan tempat dan waktu untuk bertemu, tak henti hentinya aku terus bercermin didepan kaca. Aku ingin terlihat cantik saat bertemu dengannya, aku ingin tak sedikitpun cela saat ia melihatku nantinya. Hatiku masih saja berdebar debar membayangkan pertemuan itu. Pikiranku mengembara membayangkan seperti apa ia setelah lima tahun tak kulihat sosoknya.

Hening itu benar benar ada diantara aku dan ia. Ia tidak berubah sedikitpun, semua penilaianku masih sama seperti lima tahun yang lalu. Bahkan ia lebih menarik dan dewasa. Kami duduk saling berhadap hadapan. Yang aku lakukan hanya satu, yaitu terus menatap wajahnya tanpa malu malu. “Kenapa menatapku seperti itu?” ia mulai bersuara “ Eh, iya, ehm… kamu tidak berubah ya!” jawabku asal saja, demi menutupi debar jantungku yang serasa menggempur dada. “ Kamu yang berubah, kamu semakin cantik!” Kali ini ia berbicara sambil menatap mataku tajam. Aku benar benar dibuatnya tak mampu berkata kata dengan wajar. Kalimat kalimat yang aku sampaikan tak pernah tersusun dengan baik. Dan itulah kelemahanku, selalu saja tak berdaya berhadapan dengannya. Ia selalu membuatku bertingkah konyol dan sedikit memalukan. Aku hanya bisa memarahi diriku sendiri serta menyesali kelemahanku itu. Aku sangat menikmati malam pertemuan dengannya. Setelah debaran dadaku mampu kutenangkan, dan aku sudah mulai bisa mengontrol perasaanku, cerita demi cerita mengalir dengan derasnya. Kali ini hanya ada aku dan dirinya, tidak ada cerita tentang orang lain. Aku ingin waktu berhenti pada saat ini untuk selamanya, supaya tidak ada lagi kisah sedih yang harus aku lalui bersama sepi karena merindukannya. Akhirnya aku mampu menyelesaikan episod manis ini sebagai kenangan yang tak terlupakan. Pertemuan pertama setelah lima tahun tak berjumpa. Kau tentu bisa merasakan, betapa bahagianya aku malam itu Kawan.

Tidak ada ruang lagi dihatiku untuk laki laki lain, semua telah dipenuhi olehnya. Bagiku tidak ada cerita yang lebih indah dan membahagiakan saat aku bersamanya. Tidak peduli ia seperti apa, tidak peduli ia siapa, bahkan aku tidak pernah peduli dengan pertunangannya, seperti yang ia ceritakan kepadaku. Kunikmati saja hari hari yang kulalui bersamanya. Dan seperti mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan, ia bercerita bahwa ia telah memutuskan pertunangannya dengan alasannya yang cukup klise “ Kami memang sudah tidak cocok lagi!”. Akupun sangat bahagia mendengar ceritanya, meski disisi yang lain aku tahu, aku sedang berbahagia diatas luka perempuan lain. Setelah ia memutuskan pertunangannya, hubungan kamipun semakin dekat. Meskipun ia tidak menyatakan perasaannya kepadaku, aku tahu ia juga mencintaiku. Bagiku sikapnya sudah cukup menggambarkan perasaannya. Kali ini aku dibuatnya kasmaran lebih dalam lagi terhadapnya.

Malam itu kami menikmati makan malam yang sangat romantis, untuk merayakan hari jadi kami berdua. Kebetulan yang sangat membahagiakan adalah kami lahir pada tahun dan bulan yang sama, hanya selisih satu hari pada tanggalnya. Kau tahu Kawan, ini adalah moment yang paling indah dalam hidupku. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi benar…….. perasaanku tak dapat dilukiskan oleh kuas terindah dan termahal sekalipun yang ada dimuka bumi ini. Setiap detik yang kurasakan adalah getaran getaran indah yang serasa menekan didada. Aku tahu iapun merasakan hal yang sama. Kulihat matanya yang selalu berbinar saat menatapku. Sesekali tangannya yang hangat menggenggam jemariku. Akupun membalasnya dengan penuh cinta . Kemudian tibalah saat yang menyedihkan itu. Acara berakhir, dan aku harus berpisah dengannya. Waktu begitu kejam merenggut segala yang ada, kenapa semua yang indah dibumi ini selalu saja segera berlalu ? Aku tidak pernah menduga kalau malam perayaan ulang tahun kami berdua itu adalah terakhir kali aku melihatnya. Setelah itu ia tidak pernah lagi menghubungiku. Tiba tiba saja ia pergi tanpa mengatakan apapun juga. Tak sedikitpun firasat ia akan pergi meninggalkanku. Untuk mendapatkan cinta kadang memang butuh keberanian, tak peduli malu dan dianggap murahan, tetap harus maju dan berjuang untuk meraihnya. Seharusnya aku memintanya untuk menjelaskan apa makna dibalik sikapnya saat itu. Tapi kebahagiaan sesaat itu membuatku lupa untuk bertanya “Apa yang sebenarnya ia rasakan saat bersamaku?” Kadang aku berpikir “ Apakah sebenarnya ia pernah mencintaiku selama ini? Kalau ia benar benar mencintaiku, kenapa ia harus pergi meninggalkanku?” Apakah kau tahu jawabnya Kawan? Kenapa ia melakukan ini kepadaku? Apakah ia hadir kembali hanya untuk menyakitiku? Ini adalah episode yang paling membahagiakan sekaligus paling menyakitkan buat hatiku.

Dan semua kejadian Lima tahun yang lalu itu terulang kembali, seperti sebuah film yang terulas dengan jelas. Laki laki itu menghilang lagi, ia pergi meninggalkanku kembali setelah aku semakin mencintainya. Aku telah mencarinya ketempat dimana ia mungkin berada. Tetapi semua tempat itu tak pernah memberi jawaban tentang keberadaannya. Akhirnya, aku merasa pencarianku terhadapnya sia-sia. Kucari ia sampai ke ujung mimpi. Aku selalu memanggilnya dalam hatiku, ku nanti ia lewat hari hariku, dengan seluruh kerinduan. Tetapi kehampaan yang kudapati, ia seperti hilang tertelan bumi. Malam demi malam, selalu kuimpikan laki laki yang kucintai itu. Kubiarkan diriku menikmati sepi yang diberikannya kepadaku. Aku tidak pernah tahu apakah ia juga merasakan kesepian yang sama. Entahlah, sampai kapan kubiarkan diriku tersesat dalam rimba pesona laki laki itu.

Dunia ini begitu penuh warna, tapi aku hanya memilih satu warna dalam hidupku. Semua berwarna abu abu dalam hidupku. Warna yang ada dipersimpangan antara hitam dan putih. Warna yang membuatku terbelenggu dalam sebuah kenangan terhadap seorang laki laki. Karena aku sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang hitam dan mana yang putih. . Aku tak bisa merasai apa-apa kecuali rindu yang pekat setelah kehilangannya..

Begitulah ceritaku, sekarang laki laki itu hanya ada dalam kenanganku. Ia telah lama berlalu dari hidupku. Namun ia selalu ada disetiap penggalan cerita hidupku. Ia datang dan pergi seiring dengan detak waktuku. Menyisakan segores kenangan. Sesaat hadir menggores luka yang dalam, kemudian sesaat yang lain menghiasi waktuku dengan senyuman. Kau pasti menganggap aku adalah perempuan yang paling bodoh didunia ini. Mungkin anggapanmu benar, tapi aku memiliki alasan tersendiri untuk tetap menyimpan kenangan itu. Seperti bumi ini yang hanya satu, hatikupun hanya kuberikan untuk satu laki laki itu. Hidup ini adalah sebuah pilihan, dan aku sudah memutuskan untuk memilih mencintai laki laki itu, meski pilihanku jatuh kepada laki laki yang salah. Dan satu lagi, akupun cukup bahagia menjadi seorang perempuan dengan kisah yang paling manis. Meski aku tidak terlalu beruntung untuk mengabadikan kisah cintaku dalam sebuah pernikahan.


Bali , 10 Maret 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk setiap komentar yang telah dikirimkan, apapun itu akan membuat aku menjadi lebih belajar lagi untuk menulis dan menulis!!!