Rabu, 03 November 2010

SAHABAT

Rasanya telah begitu lama kota ini tak pernah aku kunjungi. Aku sudah lupa kapan terakhir aku berada disini. Tapi hari ini aku harus berada dikota ini, di Surabaya, kota yang terkenal dengan berbagai macam makanan khasnya dan segala keramahan penduduknya. Adikku yang paling kecil akan bertunangan, dan aku harus hadir untuk menyaksikannya. Itulah alasanku, kenapa aku harus berada di Surabaya, kota yang pernah memberiku kenangan paling pahit tentang cinta. Kota yang pernah memberiku kesedihan paling dalam sekaligus tempat yang telah membuatku pintar dan membentukku menjadi aku yang sekarang ini. Seharusnya aku bisa berdamai dengan suasana kota ini, namun semua ingatanku menuntunku untuk tidak mengingatnya lagi. Mengingat sebuah drama tentang penghianatan cinta yang dilakukan oleh sahabatku Erna. Sebenarnya aku sudah melupakan kenangan pahit itu, namun setiap kali aku berada di Surabaya, ingatan itu otomatis muncul dalam otakku. Sedih sekali mengingatnya. Apakah selama ini aku memang hanya pura pura melupakannya? Entahlah.........aku masih saja menyimpan bara setiap kali berbicara tentang Erna, teman satu kostku yang begitu akrab denganku. Selintas mataku menerawang membayangkan peristiwa 12 tahun silam. Dimana aku pernah memiliki seorang sahabat yang telah begitu dekat, baik dihati dan dijiwaku. Sahabat yang telah tega mencurangiku, yang diam diam menjalin cinta dengan orang yang aku cintai, Aldy. Sudah begitu lama, namun sakitnya masih bisa dirasakan sampai sekarang.

Aku sedang menikmati coklat panas di dunkin donuts yang ada didepan Universitas Surabaya. Sengaja aku memisahkan diri dari rombongan keluargaku, untuk menikmati jalanan surabaya ini sendirian. Menikmati coklat panas serta muffin rasa keju ......ehm rasanya nikmat, perpaduan rasa yang pas. Ahh........sungguh nikmatnya dunia ini. Tapi berbicara soal nikmatnya coklat panas dan muffin rasa keju di dunkin donuts, sungguh membuatku kesal. Tempat ini sebenarnya adalah tempat pertama kali aku memergoki penghianatan yang dilakukan oleh Erna. Hm…. Lagi lagi aku jadi kesal sendiri setiap kali mengingatnya. Aku menyesal pernah menjadikannya seorang sahabat. Harusnya aku tak mengenalkan Aldy kepada Erna, kalau aku tahu Aldy akan berpaling hati. Aku sangat menyesal mengingat kejadian itu. Karena beberapa hari setelah itu, aku lihat mereka tengah jalan berdua tanpa kehadiranku. Mengingatnya saja membuat aku ingin muntah sekarang. Gayanya yang sok bijaksana, juga sok ingin membuat orang tenang di sebelahnya. Nyatanya palsu! Ia seringkali menasehati aku untuk menjauhi Aldy, tapi rupanya ia menyimpan hatinya untuk Aldy. Keterlaluan!!
Erna, menurutku tidak terlalu menarik. Kulitnya tidak seterang kulitku, bahkan kulitnya mirip warna air aquarium tante kosku yang belum dibersihkan selama sebulan. Maaf ya bukannya aku menghina, tapi begitulah kenyataannya. Kalau kulitku lebih bersih, orang bilang kuning langsat. Berbeda dengan Erna yang memiliki kulit sedikit keruh, kurang bercahaya. Wajahku lebih sedikit oriental, diturunkan dari nenekku, semua itu begitu kental mengidentitaskan diriku sebagai gadis keturunan indo yang cantik. Aku bukannya sombong atau melebih-lebihkan. Tapi begitulah orang orang sering memujiku. Tentu saja aku akan selalu mengingatnya dan mencatatnya dilubuk hatiku yang terdalam. Erna asli Jawa, tak ada campuran apa-apa. Kalaupun ada, paling dari jawa dan sekitarnya. Aku pernah kok bertanya tentang silsilah keluarganya. Aku bilang sih, wajahnya lumayan ndeso gitu. Ahhh… aku tidak simpati lagi pada Erna. Bahkan, aku telah membakar dan tak mau lagi menyimpan foto-foto kami sewaktu liburan di Yogyakarta berdua.

Persahabatan yang kami bina beberapa tahun itu, akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Erna telah menghancurkannya. Ia telah menghianati persahabatan kami, dengan diam diam menjalin hubungan dengan Aldy, orang yang paling aku cintai diseantero bumi ini. Bahkan kalau bisa seluruh mahluk laki laki dibumi ini ingin kuberi nama Aldy didepan nama nama mereka. Aku memang sudah cinta abis terhadap Aldy, setidaknya begitulah suasana hatiku saat itu, sebelum Erna menghianatiku. Erna sangat tahu isi hatiku, karena tak ada sedikitpun hatiku yang tersembunyi didepan Erna.Semua serba terbuka didepan Erna, begitupun sebaliknya aku tahu semua tentang Erna. Anak anak satu kos sampai cemburu melihat keakraban kami. Dimana ada aku, disitu juga pasti ada Erna.
Aku benci perempuan itu! Aku pikir ia sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Tanpa basa-basi dan tak meminta pendapatku sebelumnya, ia berani jalan berdua dengan orang yang aku cintai. Apa ia tak punya etika berteman? Padahal aku yang mengenalkannya pada cowok bernama Aldy itu. Seingatku, Erna juga yang dulu memaksa-maksa agar aku tak berhubungan dekat dengan Aldy. “Kamu jadi tidak ceria, setelah jatuh cinta dengan Aldy. Ia itu kan usianya jauh dibawah kamu! Sudahlah lupakan anak kecil itu” begitulah nasehatnya yang sok dewasa ketika aku mengeluh tentang hubunganku dengan Aldy, cowok yang usianya lebih muda empat tahun dibawahku. Dasar pagar makan tanaman!! Semua kata katanya palsu belaka!!!
Aduh……setiap kali aku mengingat peristiwa itu, rasanya aku ingin makan sebanyak mungkin. Tiba tiba bakso kikil diperempatan jalan Ngagel Jaya jadi melintas dikepalaku tanpa permisi. Bakso dengan potongan kikil , kuahnya dikasi sambal dan saos tomat serta dipadukan dengan lontong, Nikmatnya luar biasa……aku bahkan masih bisa merasakan nikmatnya dilidahku sampai sekarang, meskipun semua kejadian itu telah berlalu. Sayang sekali ingatan itu harus segera kutepis, karena dulu aku sering menikmati bakso kikil itu bersama dengan Erna. Sahabat karibku!! Menyebalkan memang ……membayangkan nikmatnya bakso kikil, sekaligus peristiwa yang menyakitkan itu. Semuanya memang harus terangkai satu paket spesial. O ya… ada satu yang masih terlupakan, minumnya es kelapa muda…………..hmm enaknya!!! Setelah itu aku langsung makan buah nanas sepulang dari pesta kecil itu, supaya semua lemak , daging bakso yang aku makan segera larut dan dicerna dengan mudah oleh perutku. Begitulah teorinya, menurut beberapa sumber yang aku sendiri tak tahu kebenarannya, dan ritual pelarutan itu tetap kulakukan. Walah…..benci aku mengingatnya!! Aku jadi benci kota ini, Ini semua gara gara penghianatan cinta yang dilakukan oleh sahabatku Erna. Tuh kan hatiku jadi panas. Huh……sepanas bakso kikil pak Jo dipojokan Ngagel.

Semua kisah 12 tahun lalu itu nyatanya terulang kembali dalam napak tilasku sehari ini di kota Surabaya. Ternyata memang benar menyimpan masa lalu yang menyakitkan itu lebih mudah dari pada melupakannya. Aku akui, sejak aku jatuh cinta dengan Aldy, aku merasa hidupku telah berubah, ia memberiku warna indah dalam setiap langkah hidupku, dan Erna tahu itu. Namun sayang, semua keindahan itu tak berjalan mulus, semua terhalang oleh usia diantara kita. Dan itulah problem yang selalu menjadi topik kami sehari hari. Erna sama sekali tak pernah bosan mendengarnya, ia memang pendengar yang baik. Namun sayang pada akhirnya aku telah salah menobatkannya menjadi sahabat terbaikku dibumi ini.
Coklat panas yang ada didepanku jadi dingin sebelum habis kuminum, aku masih merenungkan masa lalu itu. Ada sedikit gundah merayapi hatiku. Berkali kali aku mengusirnya pergi dari hatiku, namun rasa itu tetap kerasan. Entahlah sampai kapan aku bisa berlenggang dengan tenang dikota ini. Peristiwa itu membuatku terluka dalam. Aku merasa rendah dan dipermalukan. Sakitnya telah mampu merubah kehidupanku. Sejak saat itu aku tak pernah bisa percaya lagi terhadap orang lain. Aku hidup sendiri tanpa pernah peduli pendapat orang lain. Aku jadi tidak pernah ingin memiliki sahabat dekat kembali. Tak ada yang ku akui sebagai sahabat dibumi ini. Semua hanya teman biasa. Tak pernah lebih dari itu. Hasilnya aku jadi terbiasa dengan kesendirian. Dan aku tak pernah butuh sahabat. Kau tentu menganggapku berlebihan teman? Begitulah yang aku rasakan. Aku malu, aku merasa tak berharga dan dicampakkan. Kalau orang lain, mungkin aku masih bisa menerima keadaan ini dan dengan mudah pula aku pasti sudah melupakannya. Tapi ini sahabatku sendiri teman. Orang yang setiap hari bersamaku membicarakan cintaku........ dan ia juga yang menghancurkannya. Erna memang sutradara yang hebat, setiap hari yang ia lakukan adalah memberiku banyak peran diantara percintaanku dengan Aldy. Aku harus begini, aku harus begitu dengan Aldy nantinya............dan semuanya diatur dengan rapi oleh Erna, sampai drama penghianatan itu terbongkar dan aku melihat sendiri Erna sedang berjalan berduaan dengan Aldy sambil bergandeng tangan. Menyakitkan!! Apa kau sudah bisa merasakan apa yang aku rasakan teman?

Begitulah...........kenapa aku sulit sekali melupakan kejadihan pahit itu, karena aku masih malu, baik kepada diriku dan juga teman temanku. Malu karena Aldy, laki laki yang aku cintai itu mau juga berbagi hati dengan sahabatku. Perasaanku langsung hancur, cintaku terhadap Aldy berubah menjadi kebencian yang mendalam. Nyatanya waktu tak juga mampu menghapusnya, meski semua telah lama berlalu. Entah kemana sekarang Aldy dan Erna berada. Aku tak pernah ingin mendengar kabarnya. Setelah jalinan cintanya diam diam terhadap Aldy terbongkar, Erna sempat mengatakan ”Maaf aku telah merusak persahabatan kita, tapi aku berjanji untuk memperbaiki semuanya. Aku mau kita tetap bersahabat. Aku akan memutuskan hubunganku dengan Aldy. Aku lebih memilih persahabatan kita dibandingkan harus berhubungan dengan Aldy” Begitulah kata kata palsunya saat menghiburku. Dan memang beberapa saat Erna mampu mengelabui hatiku. Ia mulai intens mengajakku keluar makan, dan berusaha bersikap seperti dulu sebelum berkhianat. Namun itu hanya sesaat, nyatanya ia tak berkuasa atas cintanya terhadap Aldy. Pada akhirnya iapun pasrah menerima kebencianku.

Aku belum beranjak dari dunkin donuts, kebetulan hujan turun membasahi jalanan kota ini. Tanpa aku sadari ada yang menggenang di pelupuk mataku. Terasa kompak dengan air yang mengalir dari langit. Aku begitu sedih. Telah begitu lama aku memendam kebencian terhadap Erna, dan ternyata waktupun tak pernah mampu memberiku ruang untuk aku berlapang dada memaafkannya. Aku sangat menyesal teman. Ia itu sahabatku, aku begitu menyayanginya. Antara benci dan rindu berbaur menjadi satu selama belasan tahun dan aku tak pernah goyah oleh permintaan maaf macam apapun. Hatiku telah beku untuk sekedar berbaikan kembali dengan Erna dan juga Aldy pria yang aku cintai sekaligus turut aku benci itu. Ada pengalaman berharga dari kisah drama antara aku dan Erna, kisah yang sebenarnya bersumber pada diriku sendiri dan bukan pada seorang Erna, sikapku terhadap Erna selama ini hanyalah ungkapan kehampaan yang mendalam dari diriku. Ahh.... apa sebenarnya yang aku mau dalam hidup ini? Bukankah aku juga telah memiliki pengganti Aldy? Pria yang lebih baik dan lebih segalanya dari Aldy. Memang tidak menjadi nomor satu itu menyakitkan, tapi memendam rasa bencipun sebenarnya tidaklah nyaman. Kalau aku pikir pikir sebenarnya Erna adalah salah satu sarana yang Tuhan pakai untuk menuntunku menjadi aku yang sekarang ini, andai Erna tak berkhianat, andai aku tak pindah kekota Jakarta ini. Mungkin cerita hidupku akan berbeda, entahlah jadi seperti apa aku. Tapi begitulah manusia, tak pernah rela menerima kenyataan pahit yang terjadi didepan mata. Padahal dengan kejadian yang terjadi, Tuhan merencanakannya untuk sesuatu yang lebih baik dimasa mendatang.

Surabaya, 23 Desember 2009 Dunkin Donat depan UBAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk setiap komentar yang telah dikirimkan, apapun itu akan membuat aku menjadi lebih belajar lagi untuk menulis dan menulis!!!