Selasa, 02 November 2010

SESUATU YANG MANIS

19 September 2009 Pkl. 00.01 WIB Dini hari yang gelisah

Aku sengaja tidak ingin tertidur cepat malam ini. Ini adalah hari istimewaku. Aku ingin menyambutnya dengan semangat dan jiwa yang penuh pengharapan. Tak peduli penghuni bumi lainnya sudah terlelap. Aku masih saja semangat dan tak sedikitpun mataku mengajak untuk diistirahatkan. Angin malam menembus kulit ariku lewat kisi kisi jendela kamarku, dingin terasa menusuk. Sejenak hatiku terasa ringan ketika merasa seharusnya ada sesuatu yang "manis" untukku hari ini. Untuk itulah aku tak ingin tertidur malam ini. Aku ingin menunggunya sampai lewat pukul 01.00. Supaya esokpun aku bisa menyongsong hariku itu dengan perasaan yang nyaman dan tetap semangat. Aku menghidupkan note bookku untuk melihat dari mana dan siapa siapa saja yang telah mengingat hari istimewaku. Dengan antusias aku melihat ada beberapa ucapan selamat yang ditujukan untukku lewat alamat Face bookku. Ada juga beberapa SMS yang masuk berisi ucapan selamat ulang tahun. Lenny teman kosku di tempat yang lama menuliskan ucapannya pertama kali di Face Bookku , kemudian disusul oleh Ade teman kerjaku dimotorola. Nike, sahabatku yang tak pernah berpaling menelponku sambil menggodaku mengenai orang spesial yang akan menemaniku melewatkan ulang tahunku. Kemudian Dony, sahabat lama yang baru menemukanku kembali , juga menelponku, rupanya dia juga masih mengingat ulang tahunku. Waktu telah menunjukkan Pkl. 01.30, aku putuskan untuk segera tidur. Sementara aku harus melupakan sesuatu yang “ manis “ itu, karena meski waktu telah lewat satu setengah jam melewati hariku, namun yang aku tunggu tak muncul juga. Aku ingin esok bisa bangun dengan tubuh yang segar, meskipun ku akui, akupun tertidur dengan perasaan yang sedikit gelisah.

19 September 2009 Pkl. 08.00 WIB Pagi hari yang cerah

Aku memang bangun tidak terlalu pagi, karena semalam aku baru tertidur pkl. 02.00 WIB. Aku tersenyum didepan cermin. Ada perasaan nyaman yang menembus dihatiku. Perasaan itu membuatku segera terbang ke kamar mandi. Kucuran air membuatku terasa lebih segar. Lalu kukenakan pakaian dan berkaca. Hm…..…bagaimanapun aku tetap tak bisa menutupi lemak yang bertaburan pada tubuhku, meskipun aku telah berusaha untuk menguranginya. Akhir akhir ini aku melakukan diet ketat untuk menyongsong hari dimana aku pernah dilahirkan itu. Yah… ingin kuhargai tubuhku dengan menghilangkan beberapa kilo lemak dari tubuhku. Supaya badanku terasa ringan dan sehat. Untuk itu setiap hari aku hanya menyantap telur, tomat, bayam, selada disertai dengan teh pahit. Aku membuat tubuhku tersiksa selama seminggu ini. Hasilnya lemak tubuhku memang berkurang 4 kg. Tapi berat ideal yang aku inginkan, tentu saja jauh dari yang aku mau. Jauuuuuuuhhhhhhh buangget!! Saat aku selesai berdandan untuk memulai kegiatanku hari ini, aku tersenyum ketika melihat banyak SMS masuk yang berisi ucapan selamat ulang tahun. Lalu kembali aku membuka note bookku, puluhan ucapan bernada sama menghiasinya. Mereka adalah teman teman yang mengingatku. Meski begitu banyak SMS yang masuk, dan puluhan ucapan selamat pada face bookku, tetapi aku masih menunggu dari seseorang. Ah….kenapa dia belum ingat juga meski pagi akan segera berlalu? Aku segera berangkat ketempat kerjaku, setelah membereskan note book dan sekali lagi berbenah diri. Aku ingin tampil secantik mungkin hari ini.


19 September 2009 Pkl. 12.00 WIB Siang hari yang resah

Aku duduk diam memperhatikan para tamu yang sedang makan diwarung yang aku kelola disebuah Mall, sambil sesekali tersenyum kepada pelanggan yang kebetulan melihat kearahku. Suasana warung kebetulan ramai sekali, biasalah long week end dan kebetulan liburan menjelang lebaran. Anganku terbang ke dunia lain. Tak pernah aku duga sebelumnya, kalau aku akan tersesat dalam dunia kuliner ini. Semua terasa ajaib terjadi dalam hidupku, karena sebelumnya aku adalah wanita karier yang selalu bekerja dibalik meja. Namun saat ini aku hanyalah seorang wanita biasa dengan sebuah mimpi rahasia yang hanya aku sendiri dan Tuhan yang tahu. Lamunanku pecah ketika tiba-tiba seseorang pelanggan menghampiriku untuk membayar. “Ada tambahan lain Bu!” aku meneliti nota pembayaran, kemudian mulailah aku ketik semua pesanannya. Aku menggantikan kasir yang bertugas. Ini biasa aku lakukan kalau warung dalam keadaan ramai. Karena kasir yang biasa bertugas, aku perbantukan untuk melayani tamu tamu yang datang. Pekerjaan yang asyik, lebih menyenangkan dibandingkan dengan harus sepanjang hari berada dikantoran. “Terima kasih bu! Lain waktu kembali lagi ya?” pintaku kepada setiap pelanggan begitu mereka selesai membayar sembari tak lupa ku selipkan sebuah senyuman. Olala! Inilah pekerjaan yang aku pilih. Tapi aku bahagia menjalani hari hariku. Bertemu dengan banyak orang dan selalu memberikan mereka senyuman.
Mungkin pekerjaan ini tak terlalu istimewa untuk kebanyakkan orang. Tapi aku sangat menikmatinya. Tak seperti dulu saat bekerja dikantoran, sekarang aku perempuan dengan wajah tanpa bedak, dengan baju sederhana, dan selalu berbau aroma masakan menguap dari tubuhku. Karena setiap hari aku harus bergelut dengan menu menu makanan yang ada diwarungku. Tak mengapa! Aku tetap bisa bahagia dan mengisi hariku dengan sesuatu yang berarti. Aku mengamati para cleaning service yang sedang bertugas membersihkan elevator yang ada didepan warungku. Mereka beraktivitas dengan ekspresi yang bebas. Mereka menyikat lantai, mengepel, mengambil sampah sampah kecil yang dibuang sembarangan oleh para pengunjung mall. Sesekali mereka saling tertawa terbahak bahak, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya tidak ada himpitan ataupun kesusahan yang menekan batin mereka? Ataukah kesusahan sudah begitu akrab menjadi sahabat mereka sehingga tidak perlu lagi untuk ditangisi? Aku berpikir diam-diam tentang mereka. Sekelompok anak anak ABG masuk kewarungku, suasana jadi sedikit riuh. Begitulah anak anak ABG selalu memiliki segudang keceriaan, seolah hidup ini memang tanpa beban. Betapa kontrasnya dua kehidupan yang sedang aku amati ini. Para cleaning servis itu juga masih ABG, tapi mereka mungkin kurang beruntung saja nasibnya. Aku sempat berpikir, kenapa harus ada dua kehidupan yang begitu berbeda? Wuaaalah………….selalu saja aku begitu suka memperhatikan kehidupan orang lain. Kembali aku berpikir tentang hariku hari ini. Apakah aku bahagia? Belum sempat aku jawab pertanyaan batinku, rasa pahit itu menyeruak tanpa permisi ke dalam dadaku karena ring tone ponselku yang kutunggu sama sekali belum berbunyi. Sesuatu yang “manis” itu belum juga hadir.

19 September 2009 Pkl. 15.00 WIB Lewat tengah hari yang sedih

Ini sudah lewat setengah hari, begitu aku membatin dalam hati dengan perasaan gelisah. Tetapi kenapa yang kuharap dan kutunggu belum juga mengirimkan ucapan? Bahkan telah lewat jam makan siang, aku mulai merasa putus asa dengan penantianku. Apakah aku terlalu berharap banyak hanya untuk sebuah ucapan selamat ulang tahun dari seseorang ? Mungkin! Karena sejak detik menginjak kepada tanggal 19 september, dihatiku selalu penuh harap mendengar ucapan dari seseorang itu. Tengah hari, suasana warung memang agak sepi. Kembali aku membuka note bookku, sambil menikmati makan siangku. Hari ini aku memasak soto daging untuk karyawan yang ada diwarungku. Menikmati soto daging yang panas, lumayan juga untuk menghangatkan hatiku yang dingin. Kuhabiskan siangku dengan menikmati rasa hangat soto masakanku. Aku melihat banyak sekali pesan pada face bookku. Rasa haru menyeruak dalam hatiku. Aku bersyukur, masih begitu banyak kawan yang memperhatikanku. Lalu kenapa aku masih saja berharap seseorang itu mengingatku? Entahlah……..seseorang itu memang telah menyihirku, hingga aku tak berdaya menahan perasaanku. Mungkin perhatiannya selama ini kepadaku hanya sebatas teman. Tapi aku merasa itu terlalu berlebihan untuk seorang teman. Dia membuatku nyaman saat bersamanya. Dia seolah menawarkan asa ditengah keputusasaan yang tengah melandaku. “Kapanpun kamu perlu sesuatu, datanglah padaku! Aku akan selalu siap untuk menolongmu”. Begitulah dia menawarkan bantuannya kepadaku. Alangkah nyaman dan menentramkan kata kata itu. Apakah aku yang terlalu GR atau terlampau senang dengan tawarannya? Sampai aku selalu berangan angan, dia akan selalu ada untukku. Sejak itu aku selalu saja merasa menjadi orang yang bodoh bila berhadapan dengannya. Aku selalu merasa ingin menikmati setiap detik yang kulalui bersamanya. Sementara selama ini aku tak pernah tahu seperti apa perasaannya kepadaku. Pernah aku berpikir untuk bertanya saja tentang perasaannya kepadaku. Tapi segera kuurungkan niatku itu. Aku hanya merasa takut, dia justru akan menjauhiku setelah apa yang akan aku katakan. Akupun tak ingin mendapat kesan sebagai wanita murahan dihadapannya. Aku belum siap kehilangan sosoknya, meskipun hubungan kami masih kelihatan abu abu, tanpa kepastian.

19 September 2009 Pkl. 18.00 WIB Sore hari menjelang malam yang semakin resah

Sebenarnya aku ingin pulang kerumah, menghabiskan waktu untuk menunggu salam selamat ulang tahun itu. Tapi kubatalkan keinginanku. Aku masih belum berniat pulang. Biarlah aku menanti dalam keramaian suasana warung yang banyak dikunjungi oleh pelanggan, dari pada menunggu dalam sepi. Warung ramai sekali! Tetapi hatiku masih saja senyap, ada rasa ngilu bertebaran didalamnya. Pada sebuah buku belanja pengeluaran warungku kutuliskan. Cinta………siapa yang pernah mengundangnya untuk datang? Kalau kedatangannya selalu saja membuat resah? Lalu sesegera aku menghapus tulisan itu ketika sadar melandaku, rasanya lucu kalau sampai karyawan diwarung melihat tulisan itu. Biasanya aku memang lebih suka berada diwarung setiap hari, namun kali ini aku benar benar tidak bisa bertoleransi dengan perasaanku. Ku lihat telepon selularku masih dalam keadaan yang sama. Tidak ada message, tidak ada miscall, tidak ada mailbox................benda tak bernyawa itu benar benar tak bersuara. Resah benar benar meliputiku. Tiba tiba temanku linda membawakan kue ulang tahun untukku. Black forrest…………hm…. Lumayan juga, manisnya bisa mengurangi keresahan hati. Diantara resahku Tuhan masih saja menyelipkan sedikit kebahagiaan dengan menghadirkan orang orang yang baik dalam hidupku. Thanks God for everything in my life.

19-09-2009 22.00 Malam hampir berakhir
Aku terbaring dengan hati yang hampa, diruangan kamarku yang lenggang. Disamping ranjang tidurku ada sebuah meja kecil, disitu note bookku sengaja ku nyalakan dan telepon selularku masih dalam keadaan on berada disebelahnya. Masih saja kuletakkan harapanku ditempat yang tertinggi. Aku masih menunggunya, telpon berisi ucapan selamat ulang tahun dari seseorang yang hampir beberapa waktu ini telah mengisi hari hariku. Akalku menyuruh untuk melupakan saja seseorang itu. Namun hatiku tetap berharap dia akan menelponku sebelum habis masa hari indahku ini. "Hari ini belum habis, dia pasti mengingatku!” begitulah harapku. Meskipun kenyataannya aku hanya menyimpan harapan kosong belaka. Terbukti tetap tak ada sesuatu yang “ manis” itu sampai tanggal 19 september ini berakhir.


19-09-2009 00.01 Memasuki tanggal 20 September 2009
Sembilan belas september dua ribu sembilan lewat sudah.
Tidak ada apa-apa di telepon selularku maupun pesan di face bookku . Benda komunikasi canggih abad millennium itu tetap diam tidak bergerak. Aku tidak tahu apakah aku harus tertawa atau menangis untuk kebodohanku sepanjang hari menunggu sesuatu yang “manis” yang tak kunjung datang itu. Dia yang aku tunggu tak kunjung memberikan ucapan. Tiba tiba ada sesuatu yang hangat membasahi pipiku, ketika aku melukis rupanya, menuliskan namanya dan menyebutnya dalam relung hatiku……...jadi teringat lagu jadul tahun 80 an yang entah siapa penyanyinya, Iis Sugianto, Dian Picessa atau Nia Daniati…tak tahulah aku. Kalau tidak salah liriknya begini …………….

Bagaimana mungkin ku percaya padamu
Sedangkan ulang tahunku…..Kau tak ingat lagi ….
Bagaimana mungkin ku berharap padamu
Sedangkan kata kataku….. Bagai angin lalu…………..

.Ku tutup hariku dengan hati sedikit resah. Tapi itu tak boleh berlangsung lama. Esok aku harus bangun dengan semangat yang baru, menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Akalku menyuruhku untuk melupakan saja seseorang itu dalam hidupku. Meski terasa sayang, tapi harus! Aku tak mau hatiku terombang ambing hanya karena sebuah ketidak pastian. Cinta tanpa komitmen itu akan meluluh pada apapun. Jadi semua pasti akan segera berlalu. Kesedihan dan kebahagiaan adalah hal biasa dalam hidup ini. Meski yang kuharapkan tak sesuai dengan kenyataan, aku tetap percaya bahwa masih ada Tuhan yang sangat mengerti aku. Aku yakin, Tuhan pasti akan menyediakan kejutan kejutan indah dalam hidupku sesuai dengan rencanaNYA. Tak mengapa, kalaupun hari ini sesuatu yang “manis”, yang kutunggu tak kunjung tiba, aku tetap bersyukur asalkan Tuhan tetap bersamaku.

Jakarta 19 September 2009 : 24.03 WIB : saat aku sedang menunggu sesuatu yang “Manis” dalam hidupku dan saat aku menuliskan kisah setengah nyata ini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk setiap komentar yang telah dikirimkan, apapun itu akan membuat aku menjadi lebih belajar lagi untuk menulis dan menulis!!!